Kamis, 14 Mei 2020

AGAMA ITU MEMULIAKAN

HARI/TANGGAL   : Jum'at / 15 April 2020
                                   Sabtu / 16 April 202
Materi                   : Agama Itu Memuliakan
Kelas                     : VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF
Sekolah                 : SMP Negeri 2 Sragi 

AGAMA ITU MEMULIAKAN



Untuk apa manusia beragama? Apakah selain manusia juga punya agama? Jawabannya agama diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa itu hanya untuk manusia. Mengapa begitu? Karena manusia itu makluk Tuhan yang diberi kelebihan berupa akal fikiran, ini yang membedakannya dengan makluk lain, sehingga bisa menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama. Sementara makhluk yang lain seperti tumbuhan, hewan, air, udara, bulan bintang, bulan, matahari, angin, api, pelangi, gunung, lautan, semuanya tidak ada yang punya akal pikiran, sehingga tidak mungkin bisa menjalankan ajaran agama, maka wajar jika kemudian muncul hukum rimba, yang kuat itu yang menang dan sebagainya.

Agar hidup manusia selaras, serasi dan seimbang 
Agama itu berasal dari kata A yang artinya tidak dan Gama artinya kacau. Jadi diturunkannya agama untuk manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa itu punya tujuan agar hidup manusia tidak kacau , atau dengan kata lain agar hidup manusia itu selaras, serasi dan seimbang. Selaras, serasi,seimbang dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini, maupun selaras dengan alam semesta sebagai ciptaan Tuhan. 
Hubungan manusia dengan Tuhan dan antara sesama manusia mendapatkan porsi yang seimbang dalam menjalankan praktek beragama. Dalam agama Islam itu penting dilakukan, demikian juga agama lain, seperti Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha mengajarkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan menurut ajaran agamanya. Bahkan belakangan pemeluk Konghucu pun mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ajarannya menuju selaras serasi seimbang menurut ajarannya.

Menjalankan perintah agama dengan baik dan benar 
Di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dimana sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, Negara menjamin kemerdekaan setiap warga ( termasuk kita) untuk menjalankan ajaran agama secara baik dan benar, apapun agama kita. Maka kita bisa melihat bagaimana rukunnya bangsa Indonesia ini yang walau berbeda agama tetapi bisa hidup berdampingan satu dengan lainnya. Saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama satu dengan lainnya di negara kita ini sungguh merupakan suatu nilai luhur yang wajib dipelihara hingga kapanpun, sehingga akan tercipta tatanan masyarakat bangsa Indonesia yang harmonis, rukun dan aman tentram, sebagaimana di pewayangan sering dikatakan tata, titi, tentrem kertaraharja, ( aman, tentram, damai, sejahtera: Indonesia).
Ini didasari kesadaran bahwa jika urusan agama menjadi hak tiap-tiap warga untuk memeluknya dan melaksanakan ajarannya. Tak ada paksaan dalam beragama. Semua diberi kebebasan untuk beribadah menurut agamanya, bahkan itu dijamin dalam UUD ’45. Kita sebagai siswa kelas I SMP semester genap yang beragama sebagai anak yang baik pasti selalu berusaha keras sekuat tenaga agar dalam hidup sehari-hari bisa menjalankan perannya secara baik dan seimbang antara hubungan manusia dengan Tuhannya dan antara sesama manusia. Jika keduanya bisa berjalan secara seimbang maka hidup ini akan menjadi nikmat, membahagiakan dan memuliakan martabat. Kok bisa begitu ? Uraian di bawah ini akan bisa menjelaskan jawabnya.
Dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sangat lengkap. Yang ditugaskan untuk mengelola dunia seisinya itu adalah manusia. Sementara Tuhan juga memberi manusia itu dua sifat dasar yakni sifat patuh kepada Tuhan dan sifat inkar pada Tuhan. Nah begitu banyaknya manusia maka berbeda-beda juga sifatnya, ada yang patuh pada Tuhan ada yang inkar .
Yang patuh pada Tuhan, hatinya selalu dekat dengan Tuhan, selalu ingin menjalankan perintahnya, rindu membaca kitab sucinya, tak pernah merasa berat untuk beribadah. Misalnya bagi yang beragama Islam kalau waktunya mendengar adzan dikumandangkan, hatinya bergetar dan menghentikan bermain atau belajarnya kemudian mengambil air wudlu berpakaian rapi, pakai sarung atau celana panjang, berbaju muslim pakai kopiah, pakai minyak wangi, menyisir rambut secara rapi terus berjalan menuju masjid untuk sholat jama’ah. Sesampainya di masjid sholat sunnah dua raka’at, sambil menunggu sholat wajib, hatinya terus berdzikir dan saat sholat berjama’ah dilakukannya secara khusyu’ seolah-olah Tuhan ada di depannya sehingga rasa rindu ingin bertemu, takut kalau salah dan penuh harapan untuk selalu ditolong, dilindungi dan dikabulkan do’anya, bercampur menjadi satu.
Bagi pemeluk agama lain demikian juga tentunya sesuai dengan koridor ajaran agamanya, lewat ibadah do’a, pergi ke gereja, ke wihara dan ke pura, untuk menjalankan perintah agamanya. Semua dilakukan sebagai bentuk kebaktian kepadaNYA. . Kita tahu bahwa setiap gerak gerik jiwa dan raga kita direkam oleh CCTV-nya Tuhan yang menyertai kita, Jadi amat takut kalau sholatnya tak diterima oleh Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa selalu dijaga. Bagi anak yang patuh pada Tuhan, bayangan surga nanti di akhirat menjadi pemicu motivasi untuk terus menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA. Sementara anak yang inkar atau tidak patuh pada Tuhan Yang Maha Esa, tidak pernah mau sembahyang, berdo’a, apalagi membaca kitab suci, mempelajari dan mengamalkannya, menyentuh pun mungkin tidak mau dan tak tertarik.. Baginya agama dianggap tak penting, yang penting senang-senang, menuruti kemauan, tak menghiraukan perintahNYA. Anak seperti ini mungkin belum begitu mengerti bahwa hidup itu ada tugas tertentu yakni mengabdi kepada Tuhan dan Tuhan itu adil , maha sayang, maha pemurah maha pengasih. Jika kita menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya kita disebut sebagai orang yang bertaqwa, di dunia akan mendapat kebahagiaan dan kemuliaan, dan nanti di akherat setelah mati akan dimasukkan surgaNYA. Sementara yang tetap inkar sampai akhir hayatnya tak mau menjalankan perintah , larangnya dilanggar maka hidupnya di dunia menjadi hina, tak bahagia, dan nanti di akherat masuk neraka mendapat siksa .

Jalankan Perintah Jauhi LaranganNYA 
Setiap agama ada perintah dan larangan. Di Islam misalnya perintahNYA sudah jelas dan laranganNYA pun sudah jelas. Semua ada dalam kitab suci. Dalam pelaksanaanya ada kategori hukumnya wajib, sunah, mubah, makruh dan kharam. (Lebih jelasnya pelajari buku agamamu). Contoh perintah bagi umat Islam misalnya yang ada pada rukun Islam yaitu, syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji ( bagi yang mampu). 
Syahadat, sholat dan puasa itu masuk kategori hubungan manusia dengan Tuhannya, karena murni hubungan kita dengan Tuhan. Apakah hati kita benar-benar syahadat, atau cuma pura-pura walaupun lisan kita telah mengucapkannya, hanya antara kita dengan Alloh yang tahu. Demikian juga apakah jiwa/hati/batin kita juga sholat sewaktu badan kita bergerak sholat sesuai ketentuan, hanya antara kita dengan Alloh yang tahu.
Apakah kalau tidak ada orang kita tetap puasa atau tidak , apakah kita puasa itu karena menjalankan perintahNYA semata dan mengharap ampunan dan pahala dariNYA, atau hanya bohong-bohongan, hanya antara kita denganNYA yang tahu ( lain soal kalau kita memberi tahu teman kalau kita puasa bohong-bohongan ). Sementara zakat dan haji tergolong hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan esama manusia, karena zakat itu memberi kepada yang berhak menerima oleh pemberi yang wajib mengeluarkannya. Niat zakat itu untuk mensucikan diri, nah niat itu ditujukan kepada Tuhan , sementara manfaat zakat untuk sesama manusia. Sedangkan haji disamping berhubungan dengan Tuhan dalam niat, wukuf, towaf dan sya’i, juga ada yang berhubungan dengan manusia yakni dalam kewajiban membayar dam, berupa sembelihan seekor domba yang dagingnya dibagikan kepada yang berhak menerima. Demikian juga di luar itu, masih ada perintah lain misalnya diperintah untuk tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa seperti mengajari membaca kitab suci, memberi bagi yang kekuraangan, menengok teman yang sakit, belajar ilmu dunia dan ilmu akhirat, berbakti kepada Ibu Bapak, menyumbang anak yatim, membersihkan rumah dan kelas, dan sebagainya.
Sementara laranganNYA seperti mencuri, menyontek ketika ulangan, memfitnah, mencela orang lain, mengadu domba, minum minuman yang memabukkan, memakan bangkai dan darah, riba dalam jual beli, korupsi, inkar janji, berkata/ berbicata kotor (misuh: jw), , membicarakan aib orang lain, berburuk sangka, putus asa, hingga membunuh tanpa ada alasan yang dibolehkan oleh agama, dan masih banyak lagi. Jika kita bisa menjalankan perintah dan menjauhi larangaNYA dengan tulus ikhlas sesuai dengan kaidah agama kita maka kita akan mendapat kebahagian, pahala dan di hadapanNYA akan digolongkan menjadi hambaNYA yang taqwa yang mulia di dunia di akherat masuk surga, Namun jika sebaliknya melanggar larangNYA dan tidak menjalankan perintahNYA maka diancam dengan nerakaNYA.

Agama Kristen, Hindu dan Budha juga mengajarkan kepada penganutnya untuk mejalankan ajaran agamanya, Buktinya ada banyak gereja dan wihara serta pura. Di Indonesia semuanya dijamin bisa dilaksanakan dengan penuh kebebasan tanpa ada paksaaan. Semua oleh negara diberi kesempatan untuk beribadah menurut agamanya, Sekarang pilih yang mana kita? So pasti kita pilih surga bukan? Yuk kita laksanakan semua perintahNYA jauhi laranganNYA sekuat tenaga kita, semoga kita selalu dalam lindungan, ridlo dan petunjukNYA. Agar Kita Mendapat Nikmat, Bahagia, Mulia Dunia Akherat. Agama Kristen, Hindu dan Budha juga mengajarkan kepada penganutnya untuk mejalankan ajaran agamanya, Buktinya ada banyak gereja dan wihara serta pura. Di Indonesia semuanya dijamin bisa dilaksanakan dengan penuh kebebasan tanpa ada paksaaan. Semua oleh negara diberi kesempatan untuk beribadah menurut agamanya, (Mars)




CERITA
Sebagai siswa kelas 1 SMP yang baru, Hamid tergolong anak yang amat ta’at beribadah. Ia.punya teman sebangku namanya Sumanto. Berbeda dengan Hamid, Sumanto sejak kecil jauh dari kebiasaan menjalankan perintah agama. Rumahnya sebenarnya dekat dengan masjid, namun entah kenapa Sumanto hingga usianya kini tak begitu tertarik dengan suara adzan, bacaan Qur’an, atau sholat jama’ah. Setiap hari tak peduli terdengar adzan, hati Sumanto sama sekali tak pernah terusik untuk ambil air wudlu, berpakaian sepantasnya yang menutupi aurat terus pergi ke masjid untuk sholat jama’ah. Kalau lagi pegang gitar ya gitaran aja, kalau lagi main sepakbola ya terus saja main, kalau lagi asyik game on line ya nggak mikirin sholat. Itulah keseharian Sumanto selama ini. Nah sekarang ia punya teman sebangku yang taat ibadah yaitu si Hamid. Kebetulan di sekolah itu setiap hari sebelum pelajaran selalu berdo’a dan mendengarkan kalimat motivasi dari tokoh-tokoh dunia dari berbagai bidang, terutama bidang agama. Kemudian di setiap jam pelajaran agama, anak-anak tak terkecuali Hamid dan Sumanto menuju masjid sekolah untuk sholat dukha, kebetulan jam pelajarannya selalu sebelum jam istirahat pertama. Dan saat istirahat ke –dua selalu bertepatan dengan waktunya sholat dhuhur dimana sekolah ini membiasakan sholat berjamaah seluruh siswa dari kelas 7 hingga kelas 9 yang beragama Islam dan yang tidak sedang berhalangan bagi siswa perempuan. Ada sekitar 600 an anak sholat jama’ah dhuhur di masjid dengan imam bergantian dari bapak-bapak guru. Selesai sholat ada kultum, tausyiah singkat sebelum diakhiri do’a, kemudian setelah usai, siswa ke kantin untuk beli makan baru kemudian masuk jam ke-7 dan 8.

Awal-awalnya Sumanto tak menampakkan ‘keanehan’ baru setelah minggu ke -3 mulai ada sesuatu pada dirinya. Sifat asli bawaanya nampak. Setiap do’a pagi ia selalu bikin ulah, kalau tidak mencolek pinggang ya menginjak kaki atau meniup telinga atau menjambak rambut Hamid sehingga menjadikan Hamid terkejut, mangkel, mau marah tapi tak enak, merasa terganggu sehingga do’anya tak khusyu’, pendengarannya terhadap ungkapan motivasi dari tokoh-tokoh dunia menjadi tak bisa masuk secara sempurna dalam pencernaan jiwanya. Tak berhenti sampai di situ, saat sholat, jikapun ia ikut masuk masjid bukan sholat yang dilakukan tetapi mengganggu temannya dari mulai seperti yang dilakukannya terhadap Hamid saat di kelas hingga menendang kaki teman, mendorong, tertawa-tawa saat sholat, sehingga teman-temannya merasa terganggu, bahkan juga ada satu dua yang kemudian ikut-ikutan menjadi seperti dia, terutama saat sholat dukha tanpa ditunggui oleh guru agamanya. 

Hingga suatu saat aksinya itu diketahui gurunya kemudian dinasehati oleh Pak guru agama supaya jangan bertindak seperti itu sebab tidak baik diri sendiri maupun teman-temannya. Sejenak kemudian memang ia tenang, namun belakangan bukannya tambah sadar dan menjadi baik, tetapi justru sebaliknya semakin menjadi-jadi. Bahkan sering ia tak pergi ke masjid untuk sholat jama’ah, namun malah bersembunyi di bawah kolong bangku. Sehingga di mata teman-temannya ia semakin tak mendapat tempat, banyak temannya yang tak simpati kepadanya, sehingga ia semakin tak nyaman berada di kelas itu dan di sekolah itu. Yang paling tidak suka kepadanya ya si Hamid teman sebangkunya itu.



Refleksi Diri 
1. Jika saya menjadi Sumanto saya akan:
.……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………
Alasannya…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………..….

2. Untuk mengatasi konflkik dengan dengan Hamid dan teman satu kelas jika saya jadi Sumanto, saya akan :………………………………………………………………... 
Alasannya……………………………………………………………………………......

3. Jika saya jadi Hamid saya akan:
……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………
Alasannya………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..............

4. Agar tetap bisa menegembangkan kebiasaan menjalankan perintah agama dengan baik saya akan:……………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..... ……………………………………………………………………………………………..
Alasannya ………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………...


TERIMAKASIH 
SELAMAT MENGERJAKAN :)

Belajar Dari Hasil Belajar

HARI/TANGGAL   : Jum'at / 08 Mei 2020
                                   Sabtu / 09 Mei 202
Materi                   : Belajar Dari Hasil Belajar
Kelas                     : VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF
Sekolah                 : SMP Negeri 2 Sragi 

BELAJAR DARI HASIL BELAJAR



A. Pengertian Belajar
 Semua orang mengenal istilah belajar, aktifitas belajar telah ada sejak adanya manusia. Manusia melaksanakan aktifitas belajar karena belajar sebagai salah satu kebutuhan. Ahli belajar ada yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar, karena dalam dirinya terdapat potensi untuk belajar. Belajar menjadi suatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, hampir sepanjang waktu melakukan ritual belajar. Pengertian umum belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari orang lain yang lebih tahu, dari pengalaman, dari membaca dan sebagainya. Beberapa pengertian tentang belajar diantaranya: 
1. Faham behavioristik, belajar sebagai pengubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dilakukan melalui latihan/ membiasakan reaksi atas stimulus/ rangsangan yang ada. 
2. Faham kognitif, belajar sebagai usaha untuk mengerti tentang sesuatu, yang dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan belajar tersebut bisa berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, dan respon lainnya untuk mencapai tujuan. 
3. Dalam kamus besar bahasa indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan bergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh hasil bagi orang yang bersangkutan. 
Dari faham diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus-menerus dan tidak boleh dipaksakan.

B. Hasil Belajar
 Hasil belajar menurut Djamarah (2000;45), sebagai prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang besar, keuletan, kesungguhan dan kemauan, rasa optimisme yang tinggi untuk bisa mencapainya. Sementara itu Arikunto (1990;133), mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Perubahan pada diri individu yang belajar berupa pengetahuan, kecakapan, sikap, pengertiam dan penghargaan diri pada individu tersebut. Tujuan kegiatan belajar dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu: 
1. Kognitif 
Tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual, dari yang sederhana yaitu mengingat sampai memecahkan masalah, menghubungkan gagasan. 
Terdapat 6 tingkatan yaitu: mengingat, mengerti, memakai, menganalisa, menilai dan mencipta. Tujuan afektif, merupakan tujuan belajar yang berhubunhgan dengan perasaan, emosi, system nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. 
2. Afektif 
Tujuan afektif dari yang paling sederhana yaitu memperhatikan fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan factor internal seseorang. Seperti: minat, sikat hati, sikap menghargai, system nilai serta kecenderungan emosi.Dalam mencapai tujuan afektif memerlukan keteladanan dan waktu yang cukup, tidak seperti pencapaian kawasan kognitif. Kawasan afektif diantaranya adalah kemampuan dalam menerima, menanggapi, menghargai, mengorganisasikan dan menghayati. 
3. Psikomotor 
Kawasan psikomotor adalah, kawasan yang berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action), yang memerlukan koordinasi antara syaraf, fikiran dan otot, sihingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Misalnya kegiatan yang dihubungkan dengan latihan menuls, berbicara, olahraga serta bidang studi berkaitan dengan keterampilan. Ketrampilan dalam membongkar dan memasang mesin, mereparasi mesin, mengatur muatan kapal, menggunakan berbagai alat atau perkakas bengkel, membuat grafik dan lain-lain. 

Perubahan tingkah laku sebagai Hasil belajar dapat dapat disimpulkan, individu yang belajar akan memiliki ciri-ciri sbb: 
1. Adanya kepuasan dan kebanggaan yang dapat memotivasi diri untuk terus belajar. 
2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi diri sendiri, akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dan dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya. 
4. Kemampuan untuk mengontrol, menilai dan mengendalikan diri dalam proses dan usaha belajarnya. 
Berkaitan dengan usaha untuk mencapai hasil belajar, sering dijumpai masalah sehingga prestasi tidak bisa mencapai hasil yang optimal. Masalah yang muncul dapat mengganggu tugas perkembangan pada fase berikutnya, bahkan akan mengganggu dalam menjalani kehidupan. Masalah-masalah tersebut adalah: 
1. Kemampuan akademik, yaitu yang memiliki kemampuan inteligensi tinggi tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal. 
2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu yang memiliki kecerdasan(IQ ≥ 130), yang memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu yang memiliki kemampuan akademik kurang memadahi dan perlu mendapat pendidikan/pengajaran khusus.
 4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan kurang bersemangat dalam belajar, malas. 
5. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi dan kegiatan belajar sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, misal suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya, dst.

Sedangkan berkaitan dengan masalah atau gangguan emosional yang berpengaruh terhadap hasil belajar, diantaranya adalah: 
1. Hiperaktif, cenderung tidak bisa duduk dengan tenang saat belajar. 
2. Cepat bosan (distractibility), sering mengalihkan perhatian ke berbagai obyek lain, mudah dipengaruhi, dan tidak bisa memusatkan perhatian. 
3. Pendiam, pasif, sangat perasa (poor self concept), sehingga mudah tersinggung. 
4. Cepat bereaksi (impulsif), atas pertanyaan yang diberikan tetapi jawabannya tidak menunjukkan berfikir yang logis.
 5. Suka merusak benda-benda disekitarnya (destuctive behavior), sikap agresif yang negatif, mudah tersinggung.
 6. Suka mengeluarkan kata-kata kasar, tidak sopan (distruptive behavior), cenderung suka mengejek, menentang guru.
 7. Selalu tergantung kepada orang tua (dependency), merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukan sendiri dan sangat bergantung kepada orang-orang disekitarnya.
 8. Withdrawl, yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh, tdk mampu dan enggan mencoba membuat tugas.
 9. Learning disability, adalah anak yang tidak memiliki kemampuan mental setara dengan teman sebayanya, sehingga sulit menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan yang telah dipelajari. 
10. Learning disorder, anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik atau syaraf. Pada umumnya sulit untuk belajar secara normal, mereka butuh penanganan ahli. 
11. Underachiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual diatas rata-rata, tetapi prestasinya di kelas sangat rendah, semangat belajar juga rendah, sering menyepelekan tugas dan lupa mengerjakan PR
12. Overachiever, yaitu anak yang mempunyai semangat belajat sangat tinggi, merespon dengan cara cepat. Biasanya tidak bisa menerima kegagalan, sulit menerima kritik. 
13. Slow learning, adalah anak yang sulit menangkap pelajaran, butuh waktu lebih lama untuk menjawab dan mengerjakan tugas.
14. Sosial interseption, yaitu anak yang kurang peka dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman di kelas. 

C. Sikap dalam Belajar
 Beberapa tips, sikap dalam belajar yang baik agar diperoleh hasil yang optimal adalah:
 1. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar.
 2. Belajar harus percaya diri dan memiliki motivasi yang kuat. 
 3. Lingkungan belajar harus menyenangkan.
 4. Sarana dan prasarana belajar yang memadahi.
 5. Lengkapi buku-buku pelajaran, buku tulis dan alat-alat tulis (pensil, fulpen, penghapus, penggaris, busur, jangka, text marker, pensil warna-warni, rautan dst), karena peralatan tersebut sebagai dukungan kekuatan pribadi Anda untuk siap dalam belajar.
6. Miliki ketrampilan belajar dengan suka membaca, menuliskan dan membuat pertanyaan. 
7. Buat catatan (tulis dan susun), jadikan menulis dan bertanya sebagai hal yang menyenangkan. 
8. Berlatihlah disiplin, jujur dan bertanggung jawab atas hasil belajar. 
9. Kenalilah gaya belajar dan optimalkan sesuai kemampuan Anda. 
10. Belajar dikatakan berhasil bila ada perubahan sikap perilaku.