Kamis, 19 Maret 2020

PENYIMPANGAN NILAI DAN MORAL

HARI/TANGGAL   : Jum'at / 27 Maret 2020
                                Sabtu / 28 Maret 2020
Materi                    : Penyimpangan Nilai dan Moral

Kelas                     : VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF
Sekolah                 : SMP Negeri 2 Sragi 




MATERI
  1. Nilai Sosial dan Perilaku Menyimpang
Sebelum kita membahas mengenai nilai sosial, terlebih dahulu sebaiknya kita mengerti mengenai perilaku penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat.  pada hakekatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyek. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku sosial orang yang memiliki nilai sosial.
Nilai sosial merupakan kualitas perilaku, pikiran, dan karakter yang dianggap masyarakat baik dan benar, hasilnya diinginkan dan layak ditiru orang lain. Nilai sosial merupakan sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan sesuatu yang benar dan penting.
Peran nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat adalah:
  1. Sebagai alat menentukan harga dan kelas sosial seseorang dalam struktur stratifikasi. Misal kelompok masyarakat ekonomi kaya, menengah dan kelas bawah.
  2. Mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku sesuai nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, agar tercipta integrasi dan tertib sosial.
  3. Memotivasi untuk mewujudkan diri dalam berperilaku sesuai yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan.
  4. Sebagai alat solidaritas yang mendorong masyarakat untuk saling bekerjasama demi mencapai suatu tujuan.
  5. Sebagai pengontrol, pembatas, pendorong dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.
Nilai sosial dalam masyarakat bersumber pada tiga hal, yaitu:
  1. Bersumber dari Tuhan, yaitu yang biasanya diketahui melalui ajaran yang ditulis dalam kitab suci. Berisi nilai-nilai yang dapat memberikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku terhadap sesama, misal: kasih sayang, ketaatan, kejujuran, hidup sederhana, dll. Nilai bersumber dari Tuhan disebut nilai theonom.
  2. Bersumber dari Masyarakat, yaitu masyarakat menyepakati sesuatu yang dianggap baik dan luhur, kemudian dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Misalnya kesopanan dan kesantunan terhadap orang tua. Nilai dari kesepakatan disebut nilai heterogen.
  3. Bersumber dari Individu, yaitu setiap individu masing-masing pasti memiliki sesuatu yang baik, luhur dan penting. Misalnya kegigihan, semangat, kerja keras adalah sesuatu yang penting untuk mencapai suatu kesuksesan dan keberhasilan. Nilai berasal dari individu disebut nilai otonomi.
Nilai sosial memiliki ciri-ciri sbb:
a.       Merupakan hasil dari interaksi sosial antar anggota masyarakat
b.      Bisa dipertukarkan kepada individu atau kelompok lain.
c.       Terbentuk melaui proses belajar.
d.      Bervariasi antar masyarakat yang berbeda.
e.       Bisa berbeda pengaruhnya terhadap setiap individu dan masyarakat.
f.        Bisa berpengaruh positif atau negatif terhadap perkembangan pribadi seseorang.
g.      Berisi anggapan-anggapan dari berbagai obyek dalam masyarakat.
B.    Norma Sosial.
Norma adalah petunjuk atau patokan perilaku yang dibenarkan dan pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosial di suatu kelompok masyarakat tertentu. Perbedaan nilai sosial dan norma sosial adalah, dalam norma sosial ada sanksi sosial (penghargaan dan hukuman), bagi orang yang menuruti atau melanggar norma tersebut.
Norma bersifat memaksa sehingga seluruh anggota kelompok harus bertindak sesuai dengan norma yang telah dibentuk sejak lama. Misal menghormati tamu yang datang, bila tidak dilakukan akan dianggap tidak sopan dan tidak berpendidikan. Norma tidak boleh dilanggar, yang melanggar akan kena sanksi misalnya, ke sekolah datang terlambat akan dihukum tidak boleh masuk kelas, anak yang mencontek akan diberi sanksi tidak boleh melanjutkan ulangan.
Norma social di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi yang satu dengan yang lain saling berhubungan, yaitu:
1.      Norma Agama(religi), yaitu peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah karena aturannya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma dikatakan berdosa.
2.      Norma kesusilaan, adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak. Norma kesusilaan, seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan buruk. Pelanggaran terhadap norma berakibat pengucilan secara fisik(dipenjara, diusir) atau secara batin (dijauhi). Misalnya, kehidupan pelacur, tindakan korupsi, dsb.)
3.      Norma Kesopanan,  adalah peraturan sosial yang mengarah kepada hal-hal bagaimana seseorang bertingka laku wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma akan mendapat celaan, kritik, dan pengucilan.
4.      Norma kebiasaan, adalah sekumpulan peraturan sosial yang dibuat secara sadar atau tidak, berisi tentang petunjuk perilaku yang diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini ber akibat celaan, kritik,atau pengucilan. Misalnya membawa oleh-oleh apabila pulang dari bepergian, bejabat tabgan saat ketemu, dsb.
5.      Norma hukum/ kode etik.
Norma hukum, adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misal lembaga pemerintah, advokat, organisasi profesi dsb. Norma hukum juga disebut kode etik. Pelanggaran terhadap norma hukum akan mendapat sanksi berupa sanksi denda atau hukuman fisik. Misalnya wajib bayar pajak, pelanggaran lalu lintas, dsb.
Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di setiap kelompok masyarakat, bagaimanapun peradabannya, sedang norma kesopanan dan norma kebiasaan hanya dipelihara dan dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat tertentu saja.
Nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia, nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai. Seorang pribadi yang taat pada aturan, kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakat, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.  Jika sebaliknya maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya berupa peraturan atau prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan mulia. Moral bisa berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Apa Itu Moral?
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti tata cara, kebiasaan, perilaku, dan adat istiadat dalam kehidupan (Hurlock, 1990).  Rogers (1977) mengartikan moral sebagai pedoman  salah atau benar bagi perilaku seseorang yang ditentukan oleh masyarakat.  Allen (1980) mengartikan moral sebagai pola perilaku, prinsipprinsip, konsep dan aturanaturan yang digunakan individu atau kelompok yang berkaitan dengan baik dan buruk. Moral menurut Piaget (1976) adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku lebih baik atau buruk dalam memikirkan masalah masalah sosial terutama dalam tindakan moral.
            Moral melibatkan pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang sesuai Ataupun sebaliknya pada pandangan masyarakat. Ia mempunyai kaitan dengan hubungan intrapersonal dan interpersonal manusia. Dimensi interpersonal berkaitan dengan aktivitas individu yang tidak melibatkan orang lain. Manakala, interpersonal pula berkaitan dengan hubungan dengan orang lain (Madoan dan Ahmad, 2004).
Masalah moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Karena kerusakan moral seseorang mengganggu ketenteraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. Jika kita tinjau keadaan masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini akan kita dapati bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak atau mulai merosot. Dimana kita lihat, kepentingan umum tidak lagi menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan pribadilah yang menonjol pada banyak orang (Komariah, 2011).
Penyimpangan  
Antara nilai dan moral terdapat hubungan yang sangat erat dan bahkan melekat.  Nilai dan moral akibat pengaruh faktor-faktor tertentu dapat menyimpang.  Kartono (2007) memberi definisi yang cukup panjang, penyimpangan moral adalah kondisi individu yang hidupnya delingment (nakal, jahat), yang senantiasa melakukan penyimpangan perilaku dan bertingkah laku asosial atau antisosial dan amoral. Ciri-ciri orang yang mengalami  penyimpangan  moral cenderung psikotis (mengalami gangguan kejiwaan ) dan mengalami regresi (kemunduran), dengan penyimpangan-penyimpangan relasi kemanusiaan, sikapnya dingin, beku, tanpa afeksi (sikap), emosinya labil, munafik, jahat, sangat egoistis, self centered(aku-nya tinggi), dan tidak menghargai orang lain. Tingkah laku orang yang mengalami defisiensi moral selalu salah dan  jahat, sering melakukan penyimpangan perilaku, bisa berupa menindas, suka berkelahi, mencuri, mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan sebagainya. Ia selalu melanggar hukum, norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Penyimpangan moral remaja biasanya diwujudkan dalam bentuk kenakalan. Santrock (2003) menjelaskan kenakalan remaja berdasarkan tingkah laku, yaitu;
a. Tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial karena bertentangan dengan   
     nilai-nilai norma- norma dalam  masyarakat. Contoh: berkata kasar pada guru, orang tua.
b.Tindakan pelanggaran ringan seperti ; membolos sekolah, kabur pada jam mata pelajaran tertentu dll.
c.  Tindakan pelanggaran berat yang merujuk pada semua tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja, seperti; mencuri, seks pranikah, menggunakan obat-obatan terlarang.
            Pengamat lain, Herupurnomo, ( KBM3January 4, 2015)  berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber  menyampaikan ada beraneka ragam tingkah laku atau perbuatan remaja yang menyimpang dari moral, sering menimbulkan kegelisahan dan permasalah terhadap orang lain. Penyimpangan moral tersebut dapat berwujud sebagai kenakalan atau kejahatan. Berikut di bawah ini adalah beberapa contoh dari penyimpangan –peyimpangan moral pada remaja yang sering terjadi dan muncul dalam media-media pemberitaan.
1.      Perkosaan
Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin raperen yang berarti mencuri, memaksa,merampas, atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan  dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum (Wignjosoebroto, 1997).
Sejak tahun 2012 hingga 2014 bulan Juli, kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta orang dengan rician per tahun kasus aborsi 750 ribu per tahun atau 7 ribu dalam sehari dan 30 persen pelakunya adalah remaja SMP dan SMA. Fenomena tingginya remaja melakukan aborsi karena akibat perkosaan dan hubungan suka sama suka (Ardiantofani, 2014). Dalam Republika.co.id (Sadewo, 2014), Indonesia Police Watch (IPW) melihat kecenderungan  meningkatnya angka perkosaan di Indonesia tahun ini.  Menurut Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, meski belum memiliki angka pasti untuk tahun ini, namun kecenderungan tersebut telah terlihat. Tahun 2013 setiap bulan tiga sampai empat kasus perkosaan di seluruh indonesia. Tahun 2014, empat hingga enam setiap bulan. Tercatat, hingga 50 persen pelaku perkosaan adalah anak berusia di bawah 20 tahun. Sebagian dari para remaja memperkosa teman perempuannya. oleh karena itu, para pelajar harus memiliki nilai spiritual yang kuat serta dapat memilih kelompok bermain dengan memberikan dampak positif.
2.      Tawuran
Istilan tawuran sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar sekolah, yang akhir-akhir ini sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi. Kekerasan dengan cara tawuran sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung (Julianti, 2013).
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Setyawan, 2014).
3.      Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas sudah tak lagi mengindahkan nilai-nilai yang berlaku dimadsyarakat, tak ada batasan batasan sehingga terjadi misalnya perilaku seksual pra nikah. Padahal oleh agama jelas-jelas yang dem ikian ini dilarang bahkan  mendekataionya saja tidak boleh.
Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja berawal dari munculnya “ chemistry” (ketertarikan) terhadap lawan jenis sebagai dampak dari perkembangan seksual yang dialami. Ketertarikan tersebut mengundang remaja untuk menjalin suatu hubungan romantis, dimana dalam  hubungan romantis tersebut remaja mulai mengembangkan bentuk-bentuk perilaku seksual sejalan dengan meningkatnya dorongan seksual remaja yang menimbulkan keinginan-keinginan yang tidak mudah dipahami oleh remaja (Andayani dan Setiawan, 2005).
Perubahan sosial mulai terlihat dalam persepsi masyarakat yang pada mulanya menyakini seks sebagai sesuatu yang sakral menjadi sesuatu yang tidak sakral lagi, maka saat ini seks sudah secara umum meluas di permukaan masyarakat. Ditambah dengan adanya budaya permisifitas seksual pada generasi muda tergambar dari pelaku  pacaran yang semakin membuka kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan seksual juga adanya kebebasan seks yang sedang marak saat ini telah melanda kehidupan masyarakat yang belum melakukan perkawinan. Bahkan aktivitas seks pranikah tersebut banyak terjadi di kalangan remaja dan pelajar yang sedang mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah  (Salisa, 2010). Dan ini betul-betul sungguh-sungguh mengkhawatirkan dan amat memprihatinkan .
 4.      Penggunaan Narkoba
Globalisasi dan modernisasi tidak dapat dipungkiri lagi telah mendatangkan keuntungan bagi manusia. Arus informasi yang masuk ke negeri ini semakin sulit dibendung. Dampak negatifnya, banyak remaja yang terjerumus mengikuti budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya seks pranikah dan maraknya penyalahgunaan Narkoba (Primatantari dan Kahono, Unknown Time). Sungguh suatu yang memilukan jika semakin hari semakin banyak anak bangsa yang terjerat narkoba.
Pengguna narkoba biasanya dimulai dengan coba-coba yang bertujuan sekedar memenuhi rasa ingin tahu remaja, namun sering keinginan untuk mencoba ini menjadi tingkat ketergantungan. Tingkat pengguna narkoba sendiri dapat dibagi menjadi (1) pemakai coba-coba, pemakaian sosial (hanya untuk bersenang-senang), (2) pemakaian situasional (pemakaian pada saat tegang, sedih, kecewa dan lain-lain), (3) penyalahgunaan (pengunaan yang sudah bersifat patologis) dan (4) tahap yang lebih lanjut atau ketergantungan (kesulitan untuk menghentikan pemakaian) (Wahyurini dan Ma’shum cit. Widianingsih dan  Widyarini, 2009).
Sejak 2010 sampai 2013 tercatat ada peningkatan jumlah pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba. Pada 2010 tercatat ada 531 tersangka narkotika, jumlah itu meningkat menjadi 605 pada 2011. Setahun kemudian, terdapat 695 tersangka narkotika, dan tercatat 1.121 tersangka pada 2013. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada data tersangka narkoba berstatus mahasiswa. Pada 2010, terdata ada 515  tersangka, dan terus naik menjadi 607 tersangka pada 2011. Setahun kemudian, tercatat 709 tersangka, dan 857 tersangka di tahun 2013. Sebagian besar pelajar dan mahasiswa yang terjerat UU Narkotika, merupakan konsumen atau pengguna.  Pada 2011 BNN juga melakukan survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Dari penelitian di 16 provinsi di tanah air,  ditemukan 2,6 persen siswa SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, dan 4,7 persen siswa SMA terdata pernah memakai barang haram itu. Sementara untuk perguruan tinggi, ada 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba (Tryas, 2014).
Tren penyalahgunaan narkoba saat ini didominasi ganja, sabu-sabu, ekstasi, heroin, kokain, dan obat-obatan Daftar G. Sepanjang 2012, BNN sudah 12 kali memusnahkan narkoba. Total yang telah dimusnahkan sebanyak 28.062 gram sabu-sabu, 44.389 gram ganja, 10.116 gram heroin, dan 3.103 butir ekstasi. Sebagian besar penyalahguna narkoba ialah remaja berpendidikan tinggi. Berdasarkan data BNN, sedikitnya 15 ribu orang setiap tahun mati akibat penyalahgunaan narkoba dan kerugian negara mencapai Rp50 triliun per tahun. Pecandu heroin dan morfin yang menggunakan jarum suntik itu berpotensi besar terkena penyakit hepatitis B dan hepatitis C bahkan tertular virus HIV-AIDS. (Holisah, 2014).
 5.      Menyontek
Menyontek merupakan tindak kecurangan dalam tes, melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah (Sujana dan Wulan, 1994). Perilaku menyontek harus dihilangkan, karena hal tersebut sama artinya dengan tindakan kriminal mencuri hak milik orang lain. Namun nyatanya perilaku menyontek semakin mengalami peningkatan (McCabe, 2001). Perilaku menyontek telah merambah ke berbagai penjuru, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tak hanya dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa yang berprestasi rendah, tetapi juga siswa serta mahasiswa yang berprestasi tinggi pernah melakukannya. Sebagaimana survey yang dilakukan oleh Who’s Who Among American High School Student, menunjukkan bahwa mahasiswa terpandai mengakui pernah menyontek, untuk mempertahankan prestasinya (Parsons dalam Mujahidah, 2009).
Pusat Psikologi Terapan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan survei online atas pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun 2004-2013. Ditemukan bahwa kecurangan UN terjadi secara massal lewat aksi mencontek.  Psikolog UPI Ifa Hanifah Misbach memaparkan, total responden dalam survei UN adalah 597 orang yang berasal dari 68 kota dan 89 kabupaten di 25 provinsi. Survei dilakukan secara online untuk mengurangi bias data. Responden berasal dari sekolah negeri (77%) dan sekolah swasta (20%). Para responden mengikuti UN antara tahun 2004-2013.  Dari hasil survei, 75% responden mengaku pernah menyaksikan kecurangan dalam UN. Jenis kecurangan terbanyak yang diakui adalah mencontek massal lewat pesan singkat (sms), grup chat, kertas contekan, atau kode bahasa tubuh. Responden yang melaporkan kecurangan hanya sedikit sekali (3n (Anonim, 2013).
6.      Mabuk-mabukan
Pergaulan remaja juga berpotensi menimbulkan keresahan sosial karena  tidak sedikit para remaja yang terlibat pergaulan negatif mabuk-mabukan. Tindakan ini selain mengganggu ketertiban sosial juga sangat merugikan kesehatan mereka sendiri (Surbakti, 2009).
Diberitakan dalam  Bangka.tribunnews.com, pada tanggal 18 April 2014 remaja mabuk menggunakan lem dan minuman keras (miras) jenis arak telah meresahkan masyarakat.  Segerombolan remaja  sering minum-minuman keras di Jalan Pattimura, Desa Air Saga, Tanjungpan dan nekat menjebol pagar kawat milik warga (Setyanto, 2014). Di media online lain yaitu news.detik.com diberitakan dua remaja mabuk menghina polisi dan mengeluarkan kata-kata kotor di depan Polsek Sleman. Sempat terjadi kejar-kejaran dengan polisi, lalu keduanya tertangkap. Satu di antaranya ditembak karena melawan. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu tanggal 15 November 2014 sekitar pukul 03.00 WIB dengan TKP jalan Cimpling, Cebongan, Jumeneng, Kecamatan Mlati, Sleman (Kurniawan, 2014).
7.      Membolos
Membolos sekolah adalah  perbuatan yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang bermanfaat (Mahmudi, 2014). Membolos adalah budaya yang merugikaan abagi pelajar karena waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar digunakan untuk kepentingan lainnya yang tak bermanfaat bagi proses belajarnya di sekolah.  
Di luar itu bukan berarti tak ada lagi penyimpangan , masih banyak daftar yang bisa kita cermati seperti memalak/memeras orang lain, korupsi( walau tingkatnya masih kecil-kecilan belum sampai ditangani secara hokum apalagi KPK), bullying, dan lainnya.

                                                  
SOAL

intruksi :
1. kerjakan di buku tulis BK
2. merangkum materi penyimpangan nilai dan moral
3. kerjakan soal yang ada dibawah ini sesuai yang kalian ketahui
4. kerjakan dengan usaha sendiri, hadirkan kejujuran dan ketulusan pada saat menjawab pertanyaan
5. jika sudah selesai mengerjakan, silakan kirim jawaban melalui email ayuandani626@gmail.com 

pertanyaan :
1. apa yang dimaksud dari nilai sosial ?
2. sebutkan dan jelaskan peran nilai sosial di lingkungan sekolah ! (minimal 2 contoh)
3. Apa yang dimaksud dari nilai moral ?
4. berikan contoh perilaku bermoral ketika di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sesama teman sebaya !
5. berikan 2 contoj penyimpangan moral yang terjadi di lingkungan sekolah!


selamat mengerjakan :) 

Rabu, 18 Maret 2020

PATUH TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

HARI/TANGGAL   : Jum'at / 20 Maret 2020
                                Sabtu / 21 Maret 2020
Materi                    : Mematuhi Tata Tertib Sekolah

Kelas                     : VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF
Sekolah                 : SMP Negeri 2 Sragi 




MATERI
MENTAATI PERATURAN SEKOLAH

A. Pengertian Peraturan
Peraturan adalah kesepakatan yang dibuat oleh perorangan maupun kelompok agar tercipta keamanan, ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat, Dalam kehidupan sehari-hari terdapat bermacam-macam kepentingan dalam setiap individu diperlukan petunjuk hidup yang konkret dalam masyarakat. Selain adanya kebiasaan adat istiadat dan norma dalam masyarakat dibuatlah suatu aturan yang disepakati dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri.Aturan tersebut yang sering disebut peraturan. Peraturan adalah perangkat yang berisi sejumlah aturan yang dibuat untuk menegakkan ketertiban dalam masyarakat. Peraturan diciptakan untuk mengatur perilaku dan hubungan antar anggota kelompok. Peraturan bisa berupa tertulis maupun tidak tertulis.
Peraturan merupakan sebuah kebutuhan untuk menciptakan keteraturan hidup bersama.Keteraturan itu haruslah demi terciptanya keadilan, kedamaian, dan kebaikan bersama.Peraturan pada hakikatnya adalah tatanan, petunjuk atau kaidah yang dibuat untuk mengatur perilaku manusia agar tercipta kebaikan bersama. Peraturan yang baik harus, memenuhi persyaratan sebagai berikut;
  1. Bertujuan mewujudkan keteraturan hidup bersama.
  2. Memerhatikan kebutuhan dan norma-norma masyarakat.
  3. Dilandasi prinsip keadilan, perdamaian, dan kebaikan bersama.
  4. Proses penyusunannya berlangsung secara demokratis
B. Peraturan sekolah
Peraturan sekolah merupakan suatu hal mutlak yang harus dipenuhi oleh semua siswa disekolah.Peraturan tersebut biasanya dibuat secara tertulis maupun tidak tertulis. Didalam kehidupan sehari-hari,banyak orang yang menyangkut pautkan suatu peraturan dengan disiplin,ketertiban,pelanggaran dan hukuman. Semua hal tersebut sering kali kita dengar dan selalu berkaitan dengan peraturan,baik peraturan disekolah,maupun peraturan dimana saja.suatu peraturan dibuat pastinya untuk membuat seseorang menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan,sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu.Namun di zaman sekarang,ketertiban siswa sering kita dengar sebagai suatu masalah disebuah sekolah,apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa-siswanya beranjakremaja yang sedang mencari jati diri pribadinya dimana siswa sering melakukan pelanggaran sekolah. Inilah salah satu contoh bentuk moralitas masyarakat Indonesia yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan,dan ketertiban. yang mereka sering lakukan hanyalah pelanggaran yang pada akhirnya hanya berbuah hukuman.
Agar sekolah lebih baik,maka sekolah secara umum perlu dibentuk Tim Ketertiban Sekolah untuk memantau apakah aturan-aturan disekolah berjalan dengan baik. Supaya ketertiban di sekolah dapat berjalan dengan baik.Kadang kala ada siswa yang dengan sengaja melanggar peraturan sekolah, rasa ingin dianggap sebagai pemberani biasanya yang melatarbelakangi siswa melakukan pelaggaran.Tindakan tegas perlu diambil untuk menegakkan peraturan disekolah.
C. Penyesuaian Diri
            Siswa yang baru saja masuk SMP butuh waktu dan kesiapan diri untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.Peraturan  atau tata tertib di SD berbeda dengan peraturan atau tata tertib di SMP. Oleh karena itu diperlukan bantuan semua pihak yang ada di sekolah untuk dapat membantu peserta didik dalam proses penyesuaian diri.
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bartahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur/konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik bekaitan erat dengan susunan/konstitusi tubuh.Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh.Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial, pemalu, dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam system saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
2.    Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Disamping itu, hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut jenis aspek perkembangan yang dicapai.Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
3.    Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian diri
a.   Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri.Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatik (menyusahkan).
b.   Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
c.    Determinasi Diri
Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, manusia itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
d.   Konflik dan Penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan.Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.
e.    Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
4.   Pengaruh rumah dan keluarga.
Dari sekian banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil.Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
5.   Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain :

a)    Menerima (acceptance).
b)   Menghukum dan disiplin yang berlebihan.
c)    Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
d)   Penolakan.
e)    Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik.Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
6.   Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah bersumber dari keadaan masyarakat.Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
7.   Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat. (YUN)











Cerita

                        Rita adalah murid baru di SMP Ibu Pertiwi.Sekarang ini Rita duduk di kelas VII A. Di dalam kelas Rita duduk sebangku dengan Maya. Mereka berdua teman sekelas waktu duduk di bangku Sekolah dasar dan kebetulan mereka bertemu di sekolah yang sama.
                        Pembelajaran di SMP sudah berjalan sebulan lamanya, Dalam waktu sebulan itu mereka berdua harus sudah mulai menyesuaikan diri dengan segala peraturan di lingkungan sekolah yang baru.Rita dan Maya sudah mulai mengenal teman –teman di kelas lainnya.Mereka juga sudah bisa mengenali ruangan – ruangan dan fungsinya yang ada di lingkungan sekolah.
                        Beberapa hari terakhir ini mereka berdua terlihat sering keluar kelas setiap pergantian jam  pelajaran. Apabila ditanya oleh ketua kelas mereka selalu menjawab ingin ke kamar mandi. Bahkan hari ini mereka berdua tidak berada di kelas ketika pelajaran matematika. Pak Hari guru Matematika menanyakan keberadaan mereka.Semua temannya tidak ada yang tahu mereka kemana. Akhirnya Pak Hari meminta ketua kelas untuk mencari mereka. Rio sang ketua kelas menemukan mereka sedang asyik ngobrol di kantin. Lalu Rio mengajak mereka untuk kembali masuk ke kelas. Namun mereka justru marah kepada Rio dan mengejek kata-kata yang tidak sopan. Mengetahui hal itu  Pak Hari langsung melerai mereka dan mengajak mereka bertiga untuk menyelesaikan masalah di ruang BK.
                        Setelah dilakukan kongseling dengan guru BK diketahui bahwa mereka sering keluar kelas hanya ingin berjalan-jalan di lingkungan sekolah. Tentu saja perbuatan mereka ini tidak dibenarkan, karena mereka melanggar peraturan sekolah. Mereka seharusnya tetap berada di dalam kelas selama jam pelajaran berlangsung. Mereka juga harus bisa menyesuaikan diri dengan peratuan bahwa di SMP itu berbeda dengan di SD. Kalau di SD mereka hanya bertemu dengan satu guru, tetapi di SMP setiap mata pelajaran gurunya berbeda. Untuk itu semua siswa  yang masuk ke SMP harus sudah siap menyesuaikan diri dengan segala peraturan yang ada di SMP.




Refleksi Diri
1.      Sebagai teman yang baik apa yang sebaiknya kamu lakukan bila melihat temanmu meninggalkan jam pelajaran tanpa izin terlebih dulu kepada guru? .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Alasannya .....................................................................................................................
  .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
2.      Jika kamu jadi Rio apa yang harus kamu lakukan?
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Alasannya .....................................................................................................................
  .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

3.      Apa yang sebaiknya dilakukan Rita dan Maya supaya bisa menyesuaikan diri di lingkungan sekolah?
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Alasannya .....................................................................................................................
  .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

4.      Dengan membaca cerita di atas, apakah kamu merasa kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri di lingkungan sekolah?
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Alasannya .....................................................................................................................
  .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
5.      Apa yang harus kamu lakukan supaya tidak terjadi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan peratuan sekolah di SMP? .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Alasannya .....................................................................................................................
  .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................



Tagihan

1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan peraturan!
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
2.      Apakah kegunaan dari peraturan!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
3.      Apakah hakikat dari peraturan?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
4.      Sebutkan syarat-syarat peraturan yang baik!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
5.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan peraturan sekolah!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
6.      Sebutkan dua macam peraturan sekolah!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
7.      Berilah contoh peraturan tertulis di sekolah?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
8.      Berilah contoh peraturan tidak tertulis di sekolah!
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
9.      Bagaimana caranya supaya peraturan sekolah bisa ditegakkan?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
10.  Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................